Istilah
ratiban sering kita dengar dari beberapa kalangan muslim, asalnya dari
kata ratib. Tentu agak berbeda artinya antara ratiban dengan ratib.
Setidaknya, ratiban itu mengacu kepada suatu acara di mana di dalamnya
dibacaka ratib. Tetapi ratib itu sendiri apa?
Untuk lebih jelasnya, mari kita kaji lebih dalam tentang masalah ratib ini.
Pengertian Bahasa
Istilah
ratib secara bahasa adalah hal yang dilakukan secara rutin,
berkesinambungan, keteraturan dan terus menerus. Sebagai bandingan,
kita sering juga mendengar istilah imam ratib masjid. Nah, maksudnya
adalah imam yang rutin di suatu masjid.
Pengertian secara Istilah
Kumpulan
lafadz ayat Quran, dzikir dan doa yang disusun sedemikian rupa dan
dibaca secara rutin dan teratur. Boleh dibilang bahwa rati itu artinya
adalah kumpulan doa dan dzikir yang dibaca rutin.
Kalau
kita ke toko buku Islam, pasti kita akan mendapatkan begitu banyak buku
yang isinya kumpulan doa dan dzikir. Tentu saja versinya sangat banyak,
sesuai dengan latar belakang masing-masing penyusun.
Meurut
Habib Mundzir, pimpinan majelis Rasulullah, karena kumpulan doa ini
semakin menyebar dan meluas, dan memang dibaca secara berkesinambungan,
maka digelari Ratib, lalu dialek kita menamakannya Ratiban, doa ratib,
ratib haddad, ratib alatas dan gelar gelar lainnya. Padahal mereka yang
merangkumnya itu tak menamakannya demikian, namun bahasa sebutan dari
waktu ke waktu yang menamakannya dengan nama itu.
Ratib Pengganti Hiburan
Dalam
sejarah, ratib kemudian dijadikan salah satu pendekatan moderat untuk
menggantikan budaya pesta dan hura-hura yang kurang bermanfaat. Dahulu
setiap ada hajatan apapun seperti perkawinan, membangun rumah, atau apa
saja, dimeriahkan dengan berbagai pesta seperti nanggap wayang,
ndangdutan, menggelar layar tancap, saweran, sajenan, judi bahkan mabuk
mabukan dan lain sebagainya.
Maka
para juru dakwah di masa itu pelan-pelan mengarahkan agar setiap acara
dibacakan dzikir, baik sebagai tasyakur dan doa mohon keselamatan. Lalu
jadilah ratib dibaca di berbagai hajatan.
Titik Pangkal Perbedaan Pendapat
Kalau
kita lihat bagaimana ratib ini bisa dijadikan salah satu alternatif
untuk menggeser kebiasaan kurang baik dari masyarakat, berubah menjadi
hal-hal yang positif, yaitu membaca ayat Quran, atau berdzikir dengan
lafadz-lafadz yang memang dianjurkan serta didasari hadits yang shahih,
namun tetap saja ada kalangan yang bersikeras tidak setuju dengan ratib
ini.
Di
antara argumentasinya adalah bahwa kegiatan membaca dzikir berjamaah
ini tidak ada contohnya dari Rasulullah SAW. Padahal kita tidak boleh
melakukan sesuatu yang tidak ada contoh langsung dari nabi. Kira-kira
demikian logikanya.
Tentu
logika seperti ini agak subjektif dan membuka peluang diskusi lebih
jauh. Dan kami pernah membahas masalah ini dalam tema ‘dzikir
berjamaah’. Silahkan rujuk di
http://www.eramuslim.com/ustadz/fqk/7b01072835-majelis-dzikir-bid039ahkah.htm
Latar Belakang Disusunnya Ratib Al-Haddad
Sebuah
sumber menyebutkan bahwa ratib ini disusun untuk menunaikan permintaan
salah seorang murid sang penyusun, ‘Amir dari keluarga Bani Sa’d yang
tinggal di sebuah kampung di Shibam, Hadhramaut.
Tujuan
‘Amir membuat permintaan tersebut ialah sebagai suatu wirid dan zikir
untuk amalan penduduk kampungnya agar mereka dapat mempertahankan dan
menyelamatkan diri dari ajaran sesat yang sedang melanda Hadhramaut
ketika itu. Pertama kalinya Ratib ini dibaca di kampung ‘Amir sendiri,
yaitu di kota Shibam setelah mendapat izin dan ijazah daripada Al-Imam
Abdullah Al-Haddad sendiri. Setelah itu Ratib ini dibaca di Masjid
Al-Imam Al-Haddad di Al-Hawi, Tarim.
Pada
tahun 1072 Hijriah (1661 Masehi). Biasanya ratib ini dibaca berjamaah
bersama doa dan nafalnya, setelah sholat Isya’. Pada bulan Ramadhan
dibaca sebelum sholat Isya’ untuk memberi kelonggaran waktu menunaikan
sholat Tarawih.
Di
kawasan-kawasan di mana Ratib al-Haddad ini diamalkan, dengan izin
Allah kawasan-kawasan tersebut selamat dipertahankan daripada pengaruh
sesat tersebut.
Ketika
Imam Al-Haddad berangkat menunaikan ibadah Haji, Ratib Al-Haddad pun
mula dibaca di Makkah dan Madinah. Sehingga saat ini Ratib tersebut
dibaca setiap malam di Bab al-Safa di Makkah dan Bab al-Rahmah di
Madinah. Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi pernah menyatakan bahawa siapa
yang membaca Ratib Al-Haddad dengan penuh keyakinan dan iman dengan
terus membaca “ La ilaha illallah” hingga seratus kali (walaupun pada
kebiasaannya dibaca lima puluh kali), ia mungkin dikurniakan dengan
pengalaman yang di luar dugaannya.
Sekilas Tentang Penyusun
Allamah
Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Hadad, lahir hari Rabu, Malam Kamis
tanggal 5 Bulan Syafar 1044 H di Desa Sabir di Kota Tarim, wilayah
Hadhromaut, Negeri Yaman.
Nasab
Beliau adalah seorang keturunan dari keluarga nabi yang nasabnya bersambung sampai ke Fatimah, puteri Rasululllah SAW:
- Abdullah bin Alwy Al-Hadad:
- bin Muhammad
- bin Ahmad bin Abdullah
- bin Muhammad bin Alwy
- bin Ahmad bin Abu Bakar Al–Thowil bin Ahmad
- bin Muhammad
- bin Abdullah
- bin Ahmad Al-Faqih
- bin Abdurrohman
- bin Alwy
- bin Muhammad Shôhib Mirbath
- bin Ali Khôli’ Qosam
- bin Alwibin Muhammad Shôhib Shouma’ah
- bin Alwi bin Ubaidillah
- bin Al-Muhâjir Ilallôh Ahmad
- bin Isa
- bin Muhammad An-Naqîb
- bin Ali Al-Uraidhi
- bin Imam Jakfar Ash-Shodiq
- bin Muhammad Al-Baqir
- bin Ali Zainal Abidin
- bin Imam As-Sibth Al-Husein
- bin Al-Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib suami Az-Zahro Fathimah Al-Batul binti Rosulullah Muhammad SAW.
Buta Sejak Kecil
Pada
umur 4 tahun beliau terkena penyakit cacar sehingga menyebabkannya
buta. Cacat yang beliau derita telah membawa hikmah, beliau tidak
bermain sebagaimana anak kecil sebayanya, beliau habiskan waktunya
dengan menghapal Al-Quran dan mencari ilmu.
Dakwahnya
Beliau
aktif merangkum dan menyusun buku-buku nasihat dan wejangan baik dalam
bentuk kitab, koresponden (surat-menyurat) atau dalam bentuk syair
sehingga banyak buku-buku beliau yang terbit dan dicetak, dipelajari
dan diajarkan, dibaca dan dialihbahasakan, sehingga ilmu beliau
benar-benar ilmu yang bermanfaat.
Beliau
juga menyusun wirid-wirid yang dipergunakan untuk mendekatkan diri
kepada Allah dan bermanfaat untuk agama, dunia dan akhirat, salah
satunya yang agung dan terkenal adalah Rotib ini.
Download Ratib Al Haddad, di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar