Pekan
ini, dengan perdagangan saham yang sedikit lebih rendah dari tahun
lalu, perusahaan software terbesar dunia ini akan mengalami hal
menyakitkan yakni laba yang merosot. Microsoft tengah berjuang
meyakinkan investor perusahaan ini untuk dapat menginjakkan kaki pada
pasar mobile dan tablet.
“Microsoft
masih menjadi raksasa di bisnis PC, mesin berbasis Windows terjual lebih
dari 300 juta setahun,” kata Tim Bajarin, presiden firma riset
teknologi Creative Strategies. “Namun, mereka melewatkan revolusi
smartphone,”.
Kebanyakan investor
mengharapkan kuartal solid dari perusahaan ini, namun lebih fokus pada
kekhawatiran Windows Phone Microsoft tak terjual dengan baik. Sementara
keputusannnya membuat versi Windows untuk chip ARM bagi pasar berarti
tak akan ada penantang berbasis Windows untuk iPad Apple Inc selama dua
tahun.
“Saya berharap mereka beralih
ke ARM dua tahun lalu, seharusnya mereka telah memikirkan ini,” kata
analis McAdams Wright Ragen Sid Parakh. “Namun itu adalah permainan
panjang. Pertanyaannya, Apakah iPad mengkanibalisasi produk Microsoft
yang sudah ada, atau menambah komponen belanja elektronik konsumen? Saya
yakin gabungannya”.
Menurut
perusahaan riset Gartner, penjualan PC naik 3,1% dalam tiga bulan
terakhir tahun lalu. Secara keseluruhan, tahun itu tak sesuai optimisme
awal, penjualan PC meningkat 13,8%, jauh di bawah perkiraan musim panas
Gartner yakni 19,2%.
Kabar baik untuk
Microsoft, pelanggannya bisnisnya membeli komputer baru dengan lebih
mudah daripada konsumen yang membeli iPad sebagai gantinya. Ketahanan
pelanggan bisnis membantu teknologi IBM dan Intel Corp menghasilkan
hasil positif dan membantu sahamnya naik lebih tinggi.
Namun,
pasar menuntut lebih dari Microsoft. “Kami investor, kami punya ingatan
pendek,” kata analis senior Fort Pitt Capital Kim Caughey Forrest.
“Kami butuh banyak kepastian”. Menurut Thomson Reuters I/B/E/S,
Microsoft diharapkan melaporkan keuntungan 68 sen per saham lebih rendah
dibanding tahun lalu (74 sen).
Penjualan
Windows 7 masih kuat, namun kemungkinan besar tak akan sesuai dengan
angka tahun lalu yang didorong penangguhan satu kali pendapatan dari
pra-penjualan sistem operasi.
Penjualan
keseluruhan diharapkan meningkat dari US$19 miliar (Rp171 triliun)
menjadi US$19,2 miliar (Rp173 triliun) tahun lalu, hal ini dibantu
penjualan tak terduga yang kuat dari sistem game Kinect yang terjual
delapan juta unit selama musim belanja liburan, jauh melampui target
awal Microsoft yang hanya lima juta.
Namun,
mengingat margin keuntungan hardware umumnya lebih rendah dibanding
dengan software, penjualan Kinect tak diharapkan memicu lonjakan laba.
Satu
fakta tak nyaman bagi Microsoft, perusahaan ini akan memiliki
keuntungan kuartal lebih rendah dari Apple untuk pertama kalinya.
Terakhir kali Apple menghasilkan keuntungan lebih besar dalam satu tahun
dibanding Microsoft yakni pada 1990.
Pekan
lalu, Apple mengumumkan laba US$6 miliar (Rp 4 triliun) pada kuartal
penjualan kuat iPhone dan iPad selama musim belanja liburan. Analis
memperkirakan Microsoft mendapat laba US$5,93 triliun (Rp5,35 triliun)
pada kuartal sama. Dua tahun lalu, keuntungan Microsoft hampir dua kali
lipat Apple.
Hal ini bisa menjadi
momen menyakitkan bagi Microsoft yang secara efektif menyelamatkan Apple
dari kepunahan dengan investasi US$150 juta (Rp1,3 triliun) pada 1997.
“Ini psikologis,” kata Parakh. “Tak ada keraguan Apple memiliki
momentum, mereka membangun produk hebat. Ini indikasi tantangan lain
Microsoft”.
Apple mengalahkan nilai
pasar Microsoft pada Mei lalu, dan melampauinya dalam hal pendapatan di
akhir kuartal September lalu. Kini, Apple memiliki nilai pasar US$311
miliar (Rp280 triliun) dan jauh di depan Microsoft US$243 miliar (Rp219
triliun).
Jika Microsoft tak
mengesankan bagi Wall Street kuartal ini, atau menunjukkan rencana
realistis untuk tumbuh, pertanyaan inilah yang akan ditanyakan kepada
kepemimpinan Steve Ballmer yang telah 12 tahun menjadi chief executive Microsoft. [mdr]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar